Dalam kehidupan kita sehari-hari sering kita jumpai beberapa anak yang mempunyai aktifitas yang berlebihan yaitu loncat-loncat, lari-lari, menendang bola, mengganggu temannya yang sedang bermain dan lain-lain. Ada juga anak yang pendiam tidak mau beraktifitas tanpa disuruh orang tua dan guru. Tapi ada juga anak yang banyak ide, akal dan banyak cara dalam menghadapi masalah, anak yang seperti ini diharapkan kelak menjadi anak yang kreatif dan dapat mengembangkan bakat kreatifitasnya.
Apakah yang di maksud dengan kreatif itu ? Kreatif erat hubungannya dengan kecerdikan, imajinasi, pemecahan masalah dan menghasilkan ide.Kreatifitas dapat diartikan dengan suatu aktifitas imajinatif yang memanifestasikan kecerdikan dari pikiran untuk menghasilkan suatu produk atau untuk menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri. Berdasarkan hal tersebut, maka anak yang kreatif bukanlah anak yang nakal.
Pernyataan kreatif di sini sangant beragam dan bermacam-macam ada juga yang mengatakan orang yang kreatif adalah orang yang tetap mempertahankan kemampuannya sejak masa kanak-kanak untuk menerima apa yang mereka pahani dan juga yang tidak dipahami.Karena itu kreatifitas harus di bangun sejak usia dini. Untuk mengembangkan kemampuan anak berfikir secara imajinatif dalam pikiran prasadar perlu dibekalkan sejumlah pengalaman yang diperlukan anak. Anak yang kreatif mampu berfikir dalam setiap bermain mampu manyerlesaikan masalah-masalah serius yang dihadapi.
Ciri-ciri anak yang berbakat/kreatif adalah :
1. anak tersebut membaca di usia dini
2. mempunyai perbendaharaan kata yang banyak
3. rasa ingin tahu yang besar
4. konsentrasinya baik
Melihat hal tersebut ternyata anak harus didukung penuh oleh lingkungan dan juga orangtuanya. Dalam hal ini biarlah anak melakukan kegiatan apa saja yang disukainya tanpa harus dilarang atau diatur oleh orang lain.Melihat dari pribadi masing-masing anak mempunyai kretifitas serta kecepatan serta kecepatan yang berbeda-beda maka dari itu hendaknya orang tua dan guru TK janganlah sekali-kali memaksa anak untuk melakukan kegiatan yang sama dengan anak lain. Dan jangan pula memaksakan untuk mempunyai minat yang sama, tetapi dilakukan dengan cara memberikan kebebasan yang cukup serta memfasilitasi mereka secara memadai pula.
Memang harus diakui bahwa dukungan eksternal sangat membantu bagi tumbuhnya motivasi anak. Tapi harus diingat pula pemberian dukungan jangan terlalu berlebihan karena hali ini akan membunuh kreatifitas anak di masa yang akan datang. Dukungan dan dorongan bagi anak untuk berkreasi baik dorongan internal maupun eksternal sama-sama diperlukan. Karena baik dari orang tua maupun guru TK harus selalu memupuk bakat dan kreatifitas anak dan sekali lagi agar pemberian dorongan pada anak tidak berlebihan namun sewajarnya.Yang penting dalam memunculkan kegiatan kreatif anak yaitu memberi kebebasan kepada anak untuk melakukan kegiatan eksperimen untuk mewujudkan atau mengekspresiasikan dirinya secara kreatif, contohnya ; Anak usia balita yang belum menulis atau menggambar akan mencorat-coretkan krayon pada tembok atau meja pada tempat-tempat lain secara sembarangan.
Melihat kejadian ini hendaknya orang tua tidak langsung marah kepada anak atau malah melarang anak menggunakan krayon lagi agar tidak mencorat-coret tembok lagi. Hendaknya kita para orang tua menyediakan tempat khusus untuk anak dengan membelikan buku atau papan tulis untuk anak mencorat-coret.Orang tua dan juga guru jangan memaksa jika anak tidak mau melakukan sesuatu yang tidak ia minati atau memang sesungguhnya ia belum mampu melakukannya. Kadang banyak juga para orang tua yang tidak sabar menghadapi anak misalnya jika anak bermain di lantai pastilah berantakan tapi berilah anak pengertian secara bijaksana agar anak bisa memahami apa yang orang tua inginkan.Dengan demikian tidak ada alasan para oarang tua melarang anak untuk tidak bermain secara kreatif harus diingat pula bagaimaapu pengendalian orang tua dan juga guru TK tetap diperlukan agar bakat kreatif anak yang tumbuh bisa bernilai positif dan tidak membahayakan orang lain.
Teori Perkembangan Keterampilan Seni
Pengembangan kreatifitas anak prasekolah dapat dilakukan melalui berbagai kesempatan dan berbagai aktifitas dalam kesehariannya. Yang paling memberi kesempatan bagi pengembangan kreatifitas anak adalah melalui aktifitas seni dan musik. ( MAXIM, 1985 ). Karena itu guru TK harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan seni tersebut serta dapat mengaplikasikan di dalam kelas. Melalui aktifitas seni itu diharapkan anak dapat mengekspresikan kekreatifan mereka. Dalam berbagai aktifitas bidang kesenian terdapat banyak kesempatan mengembangkan kemampuan kreatifitas anak, yang pertama melalui kesenian. Seperti menggambar obyek orang lain dengan caranya sendiri, anak-anak disamping menikmati kesempatan itu juga sekaligus akan mengekspresikan kemampuan kekreatifan mereka. Model Gambar Kekreatifan anak. Aktifitas kesenian dapat diwujudkan alam berbagai media dan berbagai cara yang dapat digunakan anak misalnya :
1. mewarnai suatu obyek gambar
2. menyanyi
3. bermain musik
Satu hal yang harus dimengerti orang tua dan Guru TK dalam mendampingi anak adalah bahwa dalam beraktifitas kesenian seperti itu anak-anak akan menikmati perasaannya tanpa memperhatikan apa yang digambarnya. Dengan keasyikannya sendiri anak seakan mempunyai dunianya sendiri yang bebas dan luas. Dalam melakukan aktifitas seni dengan menggunakan tangannya sementara yang lain menggambarkan awan, matahari, rumput atau pohon dengan cara mereka sendiri. Media yang biasa digunakan antara lain kertas, krayon dan cat. Namun yang sering terjadi, banyak dari orang tua menganggap bahwa aktifitas menggambar anak dikerjakan secara sembarangan artinya gambar yang mereka hasilkan tidak menunjukkan sebuah gambar tertentu tidak teratur baik dalam garis maupun dalam bentuk. Akibatnya orang tua menganggap bahwa aktivitas kesenian yang dilakukan anak hanya membuat keadaan menjadi berantakan dan kacau saja.
Berikut adalah anggapan orang tua yang salah terhadap aktifitas anak :
1.orang tua tidak memahami anak dalam aktifitas-aktifitas seni akibatnya banyak dari orang tua berusaha membantu mengikuti keinginan anaknya dalam beraktifitas seperti menyusun balok, menggambar atau meniru bentuk dari anak-anaknya. Hal ini akan menghalangi kebebasan anak dalam berkreasi padahal anak sangat memerlukan sarana kebebasan berkreasi sebagai sarana pembelajaran diri.
2.orang tua sering beranggapan bahwa kreatifitas tidak penting. Aktifitas di sekolah tidak memerlukan kreatifitas, hal ini disebabkan karena pertanyaan yang diajukan dalam proses belajar di sekolah hanya ada satu jawaban yang benar. Sedangkan jawaban yang benar ditentukan oleh para guru atau orang tua.
Adanya pendapat di atas jelas bertentangan dengan konsep dari perkembangan anak untuk menggali potensi anak dengan kreatifitas yang dihasilkan oleh si anak. Hambatan anak dalam berekspresi atas kreatifitasnya telah lama diteliti sejak lama oleh Viktor Lowenfeid (1957). Ia menekankan pentingnya kreatifitas, kebebasan berekspresi seni, menentang pengendalian dan bentuk pendekatan yang berorientasi pada hasil. Berbagai pembatasan dan pengendalian yang dilakukan orang tua dan guru terhadap membuat anak terkekang. Biasanya mereka tidak memberikan kebebasan dan tidak memberikan kesempatan kepada anak apalagi mendorong anak untuk mendapatkan pengalaman sehingga anak dapat melepaskan tekanan emosinya.
Pengekangan terhadap anak untuk berekspresi secara bebas mengakibatkan anak menjadi frustasi dan juga menghilangkkan ambisi kreatifnya. Untuk itu orang tua dan guru yang tidak memberikan kebebasan kepada anak untuk berekspresi secara bebas dengan menggunakan media seni berarti telah memadamkan potensi kreatif mereka. Hal ini sama saja dengan menghalangi pertumbuhan emosi dan keterampilan anak. Padahal pelepasan aspek emosional akan menghasilkan karya seni secara bebas dan anak akan terdorong untuk meningkatkan kemampuan imajinatifnya.
Aspek-aspek dalam dalam ketrampilan seni di antaranya adalah sebagai berikut :
1.Ketrampilan gerak sederhana, diperoleh anak melalui aktifitas seperti menggunting, menempelkan, memegang sikat, mewarnai dengan krayon dan memegang pensil
2.Koordinasi tangan dan mata, yang memungkinkan anak untuk melakukan aktifitas seperti menggunting mengikuti garis pola, memencet lem dari botol sampai meletakkan pada daerah yang akan dilem, menata semaian bibit bunga matahari di halaman sekolah dan lain sebagainya.
3.Ketrampilan memecahkan masalah, dalam melakukan pekerjaan seni anak akan menghadapi berbagai masalah seperti memilih warna yang cocok dengan keinginannya, menggambar objek, pilihan meletakkan obyek dalam gambar, ukuran obyek yang digambar, dengan warna apa gambar bunga akan diwarnai dan menentukan seberapa luas untuk tanaman yang akan digambar. Dengan kebebasan yang dapat dinikmati anak mereka akan memperoleh berbagai pengalaman dan ketrampilan
4.Ketrampilan berbahasa, pada saat mereka melakukan aktifitas seni secara bebas bersama teman-temannya mereka akan saling berinteraksi dan berkomunikasi berarti mereka akan saling berbicara tentang karyanya, pengalamannya atau warna pilihannya.
Melalui kegiatan yang berkaitan dengan kesenian anak dapat mewujudkan kreatifitasnya. Walaupun produk dari aktifitas seni yang dilakukan anak hanya dapat dinikmati anak itu sendiri namun bukan berarti orang tua dan guru dapat memvonis bahwa aktifitas tersebut tidak berarti, justru melalui aktivitas seni yang bebas dan tidak terkekang anak dapat lebih bisa bereksperimen dan bereksplorasi.
Tahapan Perkembangan
Perkembangan ketrampilan anak dalam beraktifitas kesenian sejalan dengan tingkat kematangan anak. Secara normal terdapat tiga tingkatan kematangan anak :
1.TahapanScribble(usia2-4tahun). Pada usia ini anak dalam kreatifitas seni pada khususnya menggambar belum memiliki pola tertentu sehingga produk yang dihasilkan tampak belum teratur dan pada masyarakat Jawa biasa disebut gambar cakar ayam dan orang Jambi menyebut basing-basing bae.
2.TahapanPraskematik Tahapan ini anak dalam berkreatifitas seni lebih cenderung bisa menggambar dengan bentuk pola yang baru saja dilihatnya walau baru pertama kali melihat (biasanya anak pada tahap ini suka menggambar orang dibanding yang lain (benda) Gambar 2.
3.TahapanScematic Tahapan ini berlangsung setelah tahapan pra skematik. Tahapan Scematic adalah tahapan yang dialami anak-anak setelah mereka berusia sekitar 7 sampai 9 tahun tetapi kadang ditemukan juga pada anak berusia 5 tahunan.
Dalam perkembangan kemampuan anak melewati setiap tahapan perkembangan selangkah demi selangkah secara berurutan. Hal ini normal bahwa anak melalui satu tingkatan sebelum mereka mencapai tahapan berikutnya. Bagaimanapun juga merasakan bahwa pergerakan seperti itu tidak dirangsang oleh pengajaran dari luar tetapi akan muncul dengan sendirinya. Dengan menyediakan suatu lingkungan yang terbuka dan bebas anak-anak akan mengekspresikan diri, ini sangat dibutuhkan anak dalam meningkatkan kemampuan intelektual dan psikomotoriknya.
Dimensi Perasaan Seni Anak
Kreativitas anak dalam menggambar tidak hanya apa yang mereka lihat melainkan dengan apa yang mereka rasakan dan alami. Melalui seni anak dapat mengekspresikan apa yang ada di dalam dirinya bahkan yang paling dalam baik aktifitas fisik maupun aktifitas yang lainnya. Seni pada anak memperlihatkan emosinyaseperti halnya aktivitas seni maupun aktivitas lainnya.Teori ini menyatakan bahwa jika anak menggambar dirinya sebagai sebuah lingkaran yang besar, kaki dan tangannya digambar dengan garis batangbukan berarti anak tidak peduli dengan bagian-bagian dirinya yang lainnya. Obyek gambar yang digambar kan dalam skala besar menunjukkan begitu penting baginya gambar tanpa melupakan bagian lain dari dirinya. Berikut adalah dimensi seni ekspresi anak dalam menggambar yang menunjukkan bahwa yang digambar adalah hal yang penting bagi anak, misalnya :
1.Penggunaan warna pada kreatifitas seni anak ? Warna cerah adalah warna warna ceria ? Warna gelap mengindikasikan kebingungan/ depresi
? Warna pastel menunjukkan ketenangan dan kesenangan 2. Penggunaan garis ? ukuran mengindikasikan kepentingan? ukuran gambar orang yang sangat besar menunjukkan bahwa ia lebih penting
3. Penggunaan posisi ? orang yang digambar di tengah adalah sangat penting
? orang yang digambar sangat jauh berarti orang tidak begitu penting 4. Detail
? jika objek digambar secara detail hal ini menunjukkan bahwa anak memandang obyek sangat penting bagi anak.
Melalui pengobservasian terhadap apa yang dilakukan anak, guru dapat mendeteksi anak sehingga segera dapat diberikan solusinya. Karena itu sebagai guru TK perlu mengembangkan keterampilan beraktivitas dalm seni. Dengan berpedoman pada pandangan tersebut guru dapat merancang penataan kelas yang relevan.
Beraktifitas Aktif Melalui Seni
Ketika anak-anak beraktifitas banyak kegiatan yang dapat dirancang oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas anak. Kreatifitas tersebut hendaknya dikondisikan sebagaimana dunia anak itu sendiri yaitu dalam suatu kegiatan bermain. Hal itu karena dunia anak adalah identik dengan dunia bermain baik secara aktif maupun pasif. Bermain merupakan suatu kegiatan yang melibatkan aktifitas fisik secara langsung dan tidak langsung seperti menggambar, mengecat, menggunting, menempel melipat dan bermain musik. Dalam mengembangkan kreatifitas anak mlalui kegiatan seni, diharapkan guru TK dapat memfasilitasi, membimbing dan menemani anak untuk melakukan aktivitasnya.
1.kreativitas dalam kegiatan seni yang bisa dilakukan oleh anak yaitu mewarnai, menggambar, merangkai, menggunting dan menempel menyusun-mencetak, menempel, melipat serta main musik,
2.Bermain musik yang diprakarsai anak, anak-anak prasekolah tidak hanya menyukai secara pasif saja yaitu dengan mendengarkan, tetapi mereka juga berinisiatif dengan ikut memainkan alat musik. Musik sangat erat dengan indra pendengaran kita, suara yang dihasilkan merupakan gabungan beberapa komponen yang menghasilkan suara bagi pendengaran. Suara alunan bebunyian yang dapat menyenangkan pendengaran tidak sembarangan bunyi tetapi bunyi yang enak didengar dan menyenangkan bagi pendengarnya. Iram jelas merupakan komponen dasardalam bermain musik. Karena dalam bermain musik erat kaitannya dengan berbagai pola dan tempo.
3.Kegiatan bernyanyi, dapat juga dikaitkan dengan aktifitas-aktifitas ibu dalam kehidupan sehari-hari, dari orang tua ataupun orang di sekitarnya, misalnya pak tani yang lagi bercocok tanam atau sedang panen dan lain-lain. Dengan berdasar hal ini guru dapat mengambil irama tertentu yang sudah dikenal dan diramanya enak dan tidak terlalu sulit nagi anak. Mengubah lirik lagu sehingga menjadi lagu yang menarik bagi anak. Menyusun lirik dari sebuah lagu yang sudah populer dan cukup mudah bagi anak untuk menghapal dan menyanyikannya.
GAMBAR. III
Lagu :
Pada hari minggu kuturut ibu ke kota
Naik angkot istimewa kududuk di muka
Duduk di samping Pak Sopir yang sedang bekerja
Mengendali mobil supaya baik jalannya
Tiiin….tiiin….tiiin…………suara klaksonnya
Penutup
Kreatifitas merupakan daya/kemampuan manusia untuk menciptakan sesuatu. Kemampuan ini dapat terkait dengan bidang seni maupun ilmu pengetahuan. Dalam bidang seni, intuisi dan inspirasi sangat berperan besar dan menuntut spontanitas lebih tinggi. Dibidang ilmu pengetahuan, kemampuan pengamatan dan perbandingan, menganalisa dan menyimpulkan lebih menentukan. Kedua-duanya menuntut pemusatan perhatian, kemampuan, kerja keras dan ketekunan; kedua-duanya bertolak dari intelektualisme dan emosi, serta merupakan cara pengenalan realitas alam dan kehidupan yang sama. Menurut seorang psikolog terkenal, Erick Erikson, masa usia tiga setengah tahun hingga enam tahun adalah masa penting bagi seorang anak untuk mengembangkan kreativitasnya. Erikson mengatakan bahwa masa ini adalah masa pembentukan sikap initiative versus guilt (inisiatif dihadapkan pada rasa bersalah). Anak-anak yang mendapat lingkungan pengasuhan dan pendidikan yang baik, akan mampu mengembangkan sikap kreatif; antusias untuk bereksplorasi, bereksperimen, berimajinasi, serta berani mencoba dan mengambil resiko. Namun, semua itu bergantung pada lingkungan belajar anak; apakah memang kondusif untuk mencapai perkembangan tersebut? Banyak orangtua berharap, ketika anaknya masuk ke sekolah TK, sekolah tersebut mampu menyiapkan anak agar bisa membaca, menulis, dan berhitung. Akibatnya, banyak sekolah TK yang mengorientasikan pendidikannya secara lebih akademik. Hal ini biasanya membuat guru lebih sering menyuruh anak untuk duduk diam di ruang kelas, belajar menulis, dan mengerjakan soal-soal berhitung. Bahkan, hasil pekerjaan anak itu sudah mendapat nilai, kritik, dan disalahkan oleh guru. Padahal, menurut Ericson, apabila pada masa ini anak sering dikritik, disalahkan, atau diberikan nilai, maka sikap yang akan berkembang di dalam dirinya adalah perasaan bersalah dan takut. Perasaan bersalah ini akan membuat anak takut untuk mencoba, mengambil inisiatif dan berkreasi. Hasil studi Howard Gardner menunjukkan, anak-anak yang menerima pelajaran dalam system pendidikan yang salah, akan mengalami penurunan skor kreativitas hingga 90% pada usia lima hingga tujuh tahun (usia TK sampai kelas satu SD). Apabila system pendidikan tidak mendukung perkembangan kreativitas, maka penurunan itu akan berlanjut hingga mereka mencapai usia 40 tahun. Akibatnya, sebagian besar dari mereka hanya mencapai tingkat kreativitas sekitar dua persen dari tingkat kreativitas masa kanak-kanak yang penuh imajinasi.
Uraian tadi bukan berarti berpendapat bahwa sekolah TK tidak boleh mengajarkan membaca atau menulis. Akan tetapi, terkadang metode pengajaran yang disampaikannya salah, yaitu dengan menyuruh anak untuk menghapal hal-hal yang abstrak, lebih banyak duduk diam di kelas daripada melakukan motorik kasar dan halus, mengerjakan soal (drilling), atau memberikan nilai hasil pekerjaan anak. Bahkan jika dengan disertai dengan menghukum atau memarahi anak, akan membahayakan pertumbuhan emosi positif anak. Padahal, masa TK adalah masa ketika anak-anak ingin bermain, bereksplorasi, berimajinasi, serta bereksperimen dengan melakukan banyak kesalahan, dan belajar darikesalahannya.
Untuk menumbuhkan kreativitas anak, guru dapat mengakrabkan anak dengan dunia seni. Ketika jiwa seni anak cukup tinggi, mereka bisa mengapresiasi seni, menyukai seni, dan umumnya lebih cerdas secara emosi. Mengajak anak-anak mengunjungi pameran kesenian, seperti pameran lukisan, juga dapat menambah minat anak-anak terhadap seni. Disamping itu, perjalanan mengeksplorasi alam juga mampu menggugah kreativitas anak dan mengasah kecerdasan spiritual. Apabila memungkinkan, guru dapat menjadwalkan kegiatan outing/field trip (kegiatan belajar di luar sekolah) yang berbentuk kegiatan mengeksplorasi alam. Pergi ke kebun binatang, ke alam bebas, baik pantai maupun pegunungan, perkebunan teh, merupakan beberapa tempat yang dapat menjadi pilihan. Mengapa alam bebas??
Pertama ke alam bebas, baik ke daerah pegunungan atau pantai merupakan dua tempat yang kemungkinan jarang ditemui si kecil dalam kehidupan sehari-hari di kota. Melakukan sesuatu di tempat yang benar-benar berbeda, membuat pengalaman si kecil kian kaya.
Kedua, anak akan menemukan berbagai hal yang dapat menambah perbendaharaan konsepnya. Hal-hal yang selama ini hanya ia lihat dari buku dan televisi dapat dinikmatinya secara langsung. Bagaimana rasanya berdiri, berbaring, atau mengenggam pasir? Bahkan si kecil juga dapat bermain membentuk bangunan dari pasir, mengumpulkan kerang, ganggang, dan biota laut lainnya. Anak akan tertarik mendengar suara lembut dan halus air yang jatuh pada batu, seperti yang ada di sungai dan di pegunungan, yang akan menambah rekaman audio si kecil. Mereka juga akan merasakan perbedaan udara dingin di pegunungan dengan teriknya pantai. Kesemua stimulasi tersebut akan menumbuhkan kepekaannya terhadap keindahan alam yang dapat menjadi faktor pendorong anak untuk menjadi kreatif. Ketiga, untuk perkembangan motorik dan jiwa anak, ia perlu tempat luas untuk bergerak. Usia balita hingga TK adalah usia pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Pertumbuhan dan perkembangan anak optimal jika ia berada dalam keadaan sehat, baik fisik maupun mental. Melalui gerak, anak memperoleh keduanya. Apa yang biasanya ingin dilakukan anak pada saat bepergian ke kebun binatang? Tentunya mereka akan tertarik dengan berbagai bentuk dan aktivitas hewan di sana. Begitupula dengan bunyi-bunyian setiap hewan yang unik. Inilah kesempatan yang baik bagi guru untuk memperkenalkan kehidupan dan kebiasaan hewan kepada anak-anak. Selain itu, naik kuda, merupakan pilihan yang relative diminati banyak anak. Anak-anak memang menyukai hewan, apalagi hewan yang besar dan jinak di alam. Rekaman visual tersebut akan memperkaya daya imajinasi anak.
Hal pertama yang paling penting dalam memilih dan mengadakan kegiatan outing adalah aktivitas tersebut harus terarah dan memiliki tujuan yang jelas.Outing atau field trip tersebut sebaiknya memang jelas berkaitan dengan materi pelajaran yang diberikan di sekolah. Disamping itu, sebaiknya berikan juga tugas yang harus siswa kerjakan agar kegiatan outing efektif dan sesuai sasaran. Selain itu, pihak sekolah sebaiknya mempersiapkan dengan seksama jadwal kegiatan yang akan dilakukan dalam acara outing agar berjalan lancar dan terarah. Agar bisa terkoordinir dengan baik, menurut Dora Wulandari, staf pengajar sekolah High Scope (untuk kelas anak usia 2 hingga 5 tahun), disarankan perbandingan guru pendamping dengan jumlah murid sebanyak 1 banding 5. Biasanya sejak 3 hari sebelum acara para guru sudah menjelaskan apa saja yang akan dilakukan anak-anak di acara tersebut. Kegiatan outing juga sebaiknya berbentuk aktivitas yang memang sesuai dengan usia anak dan cukup aman dan nyaman baginya. Pihak sekolah sebaiknya melakukan survei tempat terlebih dahulu untuk memastikan keamanan tempat tersebut. Umumnya dalam kegiatan outing anak sekolah TK, orang tua murid ikut serta mendampingi anak-anak peserta outing tersebut. Namun tentu diharapkan orang tua menghindari sikap over protective kepada si kecil. Justru acara outing merupakan sarana untuk mengajarkan kemandirian dan mengembangkan kreativitasnya. Bermain merupakan aktivitas yang berperan penting untuk mengembangkan kecerdasan dan kreativitas anak. Guru harus merencanakan kegiatan bermain agar menjadi pengalaman baru bagi murid-murid guna mendorong pengembangan minat mereka. Bermain dapat dilakukan di dalam kelas maupun di luar. Berbagai aktivitas yang umumnya dilakukan di dalam ruangan misalnya, bermain musik, seni, bercerita, dan bermain drama. Dalam permainan dramatik anak pura-pura menjadi orang lain dan menggunakan benda tetapi tidak berfungsi sebagai fungsi sebenarnya.Bermain dramatik banyak menggunakan fantasi. Apabila yang dilakukan berdasarkan peran-peran orang yang ada di sekitarnya dan berhubungan dengan apa yang pernah dilihat dari masyarakat di sekelilingnya biasanya disebut dengan bermain sosiodrama. Dalam bermain dramatik anak-anak mengembangkan kegiatan bermain dengan melibatkan situasi yang pernah dialaminya. Mereka membuat panggung dan dialogmya sendiri sambil mengekspresikan perasaannya secara spontan. Cara bermain dramatik ini membantu anak untuk mengembangkan pengertian tentang dunianya dan juga kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Sebaiknya setiap TK memiliki pusat bermain dramatik. Umumnya pusat ini memiliki suasana kehidupan di rumah. Dalam kepustakaan ini disebut ‘sudut boneka’ atau sudut rumah tangga. Biasanya dalam pusat tersebut ada meja, kursi, kompor, tempat mencuci perabot, boneka, pakaian-pakaoan dan sebagainya. Sarana tersebut memungkinkan anak memainkan peran yang sering dilihatnya sehari-hari. Misalnya: anak berperan sebagai ibu yang sedang memasak, menyuapi anak, membersihkan ruang. Cara anak memainkan perannya, hubungan-hubungan dan perasaan yang ditunjukkan/diperlihatkan, merefleksikan bagaimana anak memahami kehidupan mereka sendiri. Adalah tugas guru untuk memperluas peran anak tidak hanya terbatas pada peran di rumah saja, tetapi juga di luar rumah, misalnya di toko, kantor pos, ruang dokter, tukang cukur, dan lain-lain. Guru dapat memanfaatkan media dongeng/bercerita sebagai penggugah kreativitas anak-anak. Melalui dongeng, guru bisa menyampaikan pesan-pesan, hikmah-hikmah dan pengalaman-pengalaman kepada murid-muridnya. Disamping memperkaya imajinasi anak, dongeng menjadikan anak-anak merasa belajar sesuatu, tetapi tak merasa digurui. Bahkan, dongeng/cerita ternyata merupakan salah satu cara yang efektif mengembangkan aspek-aspek kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan), social dan aspek konatif (penghayatan) anak-anak. Dongeng mampu membawa anak-anak pada pengalaman-pengalaman baru yang belum pernah dialaminya. Karena itu guru perlu memiliki kreativitas, penghayatan, dan kepekaan pada saat bercerita agar pesan dapat sampai kepada murid-muridnya.
Sedangkan bentuk bermain di luar ruangan kelas anak prasekolah terdiri dari kegiatan memanjat, lari, melompat, berayun dan jumpalitan. Bentuk lain dari bermain di luar adalah kegiatan dengan menggunakan gerobak, menyusun bangunan, bermain pasir dan air, bermain dramatik dan berbagai kegiatan bermain dengan disertai aturan, misalnya bermain musang dan ayam. Alat-alat yang dipergunakan di luar biasanya bersifat menantang tetapi aman sehingga terhindar dari perasaan frustasi. Materi yang ada di halaman harus sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Misalnya untuk anak yang sangat muda, tangga yang rendah sangat memacu anak untuk menaikinya. Anak-anak tersebut setiap kali akan menaiki dan menuruni tangga tersebut secara berulang-ulang. Sedangkan apabila anak telah meningkat usianya dan sudah lebih terampil, tangga dari besi atau kayu perlu diperkenalkan, juga tangga yang terbuat dari tali temali. Bak pasir di luar ruangan dapat dibuat seperti kolom atau beberapa kotak dan diletakkan di bawah, sehingga bila akan bermain anak-anak cukup jongkok saja. Sebiknya bak pasir tersebut dilengkapi dengan air kran serta sebaiknya ditutup sehingga aman dari kotoran binatang. Bila anak-anak ingin bermain, tidak selalu harus dengan alat. Cukup dengan menggunakan tangan dan membentuk pasir yang basah, misalnya membuat gunung atau terowongan. Tetapi bagaimanapun alat-alat sangat bermanfaat bagi anak. Dengan menggunakan alat seperti sekop kecil, sendok, ember dan sebagainya sangat memungkinkan lebih banyak variasi dalam bermain pasir. Mainan mobil-mobilan dan kendaraan lain disarankan pula. Seperti pada area lain, bermain pasir juga ada aturannya, misalnya anak tidak diperbolehkan melempar anak lain dengan pasir atau mengguyur air. Sepatu dan kaos kaki sebaiknya dilepas apabila bermain pasir atau air. Setelah selesai bermain, anak perlu dibantu untuk membersihkan diri. Umumnya kelas untuk anak prasekolah terdapat sarana untuk bermain dengan menggunakan meja, kegiatan bermainnya disebut kegiatan meja. Materi yang dimainkan dalam kegiatan ini mengembangkan ketrampilan gerakan halus dan koordinasi mata dan tangan. Alat atau materi dalam pusat ini adalah:
Alat permainan menara gelang ganda bentuk bulat, segi-4, segi-3 dan segi-6. Dengan alat permainan ini anak-anak akan mengenal konsep warna, bentuk dan ukuran
Tangga silinder bentuk silinder dan kubus. Dengan memainkan alat permainan ini anak belajar tentang bentuk, warna, jumlah, posisi benda (di atas, di bawah, dan disamping).
‘Puzzles’ (mainan bongkar pasang). Yang paling sederhana adalah papan bentuk (lingkaran, segi-4, segi-3, bintang, oval, dan sebagainya). Model puzzle lain adalah suatu gambar tertentu yang kemudian dipotong-potong (kepingan gambar), setelah gambar tersebut ditebarkan di meja, anak diminta menyatukan kembali.
Alat permainan yang bersifat konstruksi, misalnya balok meja, alat permainan LASY, yaitu untuk mengembangkan kreativitas. Dengan alat permainan tersebut, anak dapat menyusun suatu bentuk tertentu, dapat dengan contoh atau berdasarkan kreasinya sendiri.
‘Games’. Sejumlah games yang sederhana juga termasuk dalam pusat ini, games antara lain meliputi domino, lotto, ular tangga, dan sebagainya.
Materi yang berorientasi pada kegiatan yang bersifat akademik. Yaitu materi yang membawa anak untuk kegiatan yang bersifat akademik. Materi tersebut meliputi: kertas dan pensil, pola bentuk untuk dijiplak (sebagai persiapan untuk membuat huruf), bentuk angka-angka (untuk memperkenalkan bentuk angka) dan sebagainya.
Anak mengenal irama dan alat musik melalui kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Guru dapat mengembangkan kemapuan seni anak melalui praktek bermain musik di dalam kelas maupun di luar dengan alat-alat musik tradisional maupun modern. Seperti organ, keyboard, angklung, seruling bambu, kolintang, perangkat drum band, dan sebagainya. Setiap murid harus diberi kesempatan mendapatkan berbagai pengetahuan, menggunakan alat-alat permainan atau alat bantu belajar yang tersedia. Bermain harus dihargai karena nilainya sebagai medium belajar dan berkreasi bagi anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar