Mengikuti anjuran Rasulullah SAW
melalui hadits yang berbunyi : “Kalimat hikmah (perkataan yang
baik/bijaksana) adalah senjatanya orang mukmin, dimanapun ia mendapatkannya
maka dia lebih berhak untuk mengambilnya” (HR. Tirmidzi/Ibnu Majjah),
maka kali ini kita mengambil pelajaran dari kiat sukses salah seorang pengusaha
keturunan yang terkenal di Indonesia. Setelah saya selaraskan dengan
nilai-nilai Islam, maka kiat sukses ini saya sajikan dalam 7
"I" berikut :
1. Informasi
Ayat
pertama di Al-qur’an yang turun ke Rasulullah SAW adalah Iqra’...(bacalah...),
ini untuk menggambarkan betapa pentingnya membaca atau menangkap informasi ini.
Membaca apa yang tersurat seperti yang ada di Al-Qur’an ataupun membaca apa
yang tersirat di alam sekitar kita.
Hasil dari ‘bacaan’ tersebut terkumpullah
informasi di otak kita yang kemudian sebagian bisa menjadi peluang untuk
berusaha. Bila Anda tahu misalnya masyarakat sekitar Anda membutuhkan sesuatu,
dan Anda-pun tahu bagaimana atau dimana sesuatu tersebut bisa diperoleh – maka
Anda sudah bisa jadi pengusaha dalam pemenuhan sesuatu kebutuhan tersebut.
Beberapa
dekade lalu contohnya ada pengusaha di Indonesia yang menangkap informasi bahwa
masyarakat perlu cara minum yang mudah, maka mulailah dia membotolkan air yang
terus kemudian berkembang menjadi air dalam kemasan gelas plastik, dalam galon
dsb. Tanpa kita sadari inilah hasil informasi yang diolah oleh pengusaha
tersebut sehingga kita begitu mudah menyajikan minum untuk tamu kita misalnya.
Seandainya produk air dalam kemasan ini belum ada, maka mungkin kita masih
harus merebus air setiap saat ada tamu di rumah !
2. Intelligence
Intelligence adalah kemampuan untuk menangkap dan
mempelajari fakta kemudian trampil pula mengolahnya. Informasi yang sama
berseliweran di depan kita semua, namun sebagian kita bisa menangkap kemudian
mengolahnya menjadi suatu usaha – sebagian yang lain tidak menangkap apa –apa,
faktor intelligence inilah yang sangat berperan dalam hal ini.
Karena
berupa ketrampilan atau skills otak, maka intelligence ini bisa
diasah atau dilatih. Bila diasah untuk ketrampilan mengolah peluang usaha
misalnya, maka pemilik intelligence ini akan memiliki apa yang disebut business
acumen yaitu kemampuan untuk secara cepat memahami situasi kemudian cepat
pula mengambil keputusan bisnisnya.
3. Intuisi
Kadang
sebuah informasi tidak begitu jelas, antara ada dan tiada. Namun bagi entrepreneur
yang berbakat dan berketrampilan, dia sudah bisa mengambil keputusan
berdasarkan intuisi-nya.
Intuisi
adalah pengetahuan atau kepercayaan tentang sesuatu berdasarkan instink, tanpa
harus membuktikan bahwa sesuatu itu ada beneran atau tidak. Intuisi tentang
suatu bidang usaha – lagi-lagi bisa diasah dengan pengalaman dan praktek di
lapangan.
4. Ilham
Setiap
kita sebenarnya telah diberi ilham untuk mampu membedakan sesuatu itu buruk
atau baik “fa alhamahaa fujuu ra haa wa takwahaa” (QS 91 : 8), jadi
tanpa bertanya ke siapapun sebenarnya hati kecil kita bisa berfatwa untuk diri
kita sendiri apakah suatu jalan itu akan membawa kepada suatu kebajikan
/ketakwaan atau membawa keburukan.
Hanya
saja lagi-lagi bila hati ini tidak dilatih untuk menggunakan ilham tersebut,
maka hati ini akan mati – tidak mampu lagi membedakan mana suatu
kejahatan dan mana suatu kebajikan.
Seorang
muslim yang bekerja/berusaha dalam lingkungan ribawi misalnya, awalnya hati
kecil menolak, gelisah dsb. Namun karena tidak ditinggalkannya pekerjaan/usaha
tersebut lama kelamaan hatinya tidak bekerja lagi – dia enjoy saja di
lingkungan ribawi tersebut.
5. Inisiasi
Setelah
kita menangkap peluang, mengolahnya dengan cerdas, instuisi kita mengatakan ini
peluang yang baik dan hati kecil kita pun comfortable dengan ide
tersebut – maka ini belum apa-apa dan tidak akan menjadi apa-apa sebelum
pekerjaan mengolah peluang tersebut benar-benar di inisiasi atau dimulai.
Inilah
yang paling berat, banyak orang pinter dengan berjuta ide ‘man of ideas’
tetapi tidak menjadikan satupun ide-nya diterapkan. Di
perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi tersedia ratusan ribu atau bahkan
jutaan thesis-thesis dari S1 sampai S3, namun hanya sebagian sangat kecil saja
dari pemikiran-pemikiran cemerlang tersebut ter-inisiasi-kan dalam sesuatu yang
riil.
Tidak
ada cara lain untuk melawan ketakutan terhadap sesuatu selain
menghadapinya, maka inisiasi inilah cara kita
untuk melawan ketakutan akan gagal dalam mengimplementasikan rencana, dalam
membangun usaha dan seterusnya.
6. Istiqomah
Setelah
kita mulai mengimplementasikan rencana-rencana usaha kita, berbagai masalah
akan bermunculan. Peluang itu berkorelasi langsung dengan risiko, artinya di
setiap risiko yang kita hadapi –
ada peluang bagi kita bila kita berhasil mengatasi
risiko tersebut.
Yang
diperlukan adalah sikap istiqomah dalam implementasi usaha, yaitu kemampuan
kita untuk secara tekun dan terus menerus mengatasi masalah-masalah yang muncul
dari rencana yang diimplementasikan dan tidak lari dari masalah atau kesulitan,
“maka sesungguhnya bersaman dengan kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya
bersama kesulitan ada kemudahan” (QS 94:5-6).
Lebih
dari itu bila usaha yang kita implementasikan adalah dalam rangka ketaatan kita
kepada Sang Pencipta, misalnya diniatkan untuk menciptakan lapangan kerja yang
banyak, diniatkan untuk memberi makan di hari kelaparan, maka insyaallah Allah akan menurunkan
malaikatnya membantu kelancaran usaha kita.
Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka (istiqomah), maka malaikat akan turun kepada mereka
(dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu
merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah
dijanjikan Allah kepadamu" (QS 41:30).
7. Insya Allah
Sebagai
orang beriman, kita yakin betul bahwa segala sesuatu hanya terjadi bila Allah
menghendakinya terjadi. Sebaliknya, sekeras apapun kita mengusahakannya bila
Allah tidak menghendaki sesuatu itu terjadi – maka pasti tidak akan terjadi.
Maka tidak ada yang bisa kita sombongkan dari segala upaya ini, karena hanya
Dia-lah yang menetukan keberhasilan atau kegagalannya, yang kita bisa lakukan
adalah sekedar berusaha.
Lantas
bagaimana kita menyikapi dengan I yang ketujuh ini untuk menunjang
keberhasilan kita ?, kiat-nya adalah menyelaraskan usaha kita dengan kehendak
Allah; karena yang Dia kehendaki pasti terjadi – maka bila kita bisa menangkap
kehendakNya di alam ini, itulah peluang sukses terbesar kita.
Lantas
bagaimana kita bisa menangkap kehendak Allah ini ?, kembali ke I yang pertama –
yaitu informasi atau membaca apa yang tersurat (di Al-Qur’an) dan yang tersirat
di Alam. Insya Allah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar