Rabu, 24 April 2013

Berbagai Hambatan Mengembangkan Musikalitas



Industri musik di Indonesia baik musik tradisional atau modern kalo dilihat dari perkembangannya ada berbagai macam faktor penghambat, diantaranya dari dalam diri sendiri. Kebanyakan orang hanya suka mendengar musik dan biasanya malas untuk belajar, ini saya alami juga :), bahkan sampai saat ini. Ada klasifikasi 2 kategori menurut saya, yaitu faktor internal dan eksternal. Internal dari manusianya, eksternal dari hal lain-lain misalnya;

è Lingkungan Internal:
1.      Malas belajar not
Terutama not balok, karena mesti menjadi momok kalau harus membaca not balok, padahal not balok bukanlah satu-satunya cara menuliskan nada dalam musik. Notabene musik adalah rangkaian sebuah nada, ini adalah hal yang kadang kurang disadari.
2.      Beranggapan bahwa orang bisa musik adalah pembawaan bakat alami
Sehingga kebanyakan berkata "ah malas ah, sudah ga ada bakat" sehingga sudah merasa sulit duluan, padahal bakat bukanlah hal yang 100% menjadi pendukung kesuksesan seseorang dalam bermusik.
3.      Putus asa
Karena ada anggapan berkarir di bidang musik tidak menjanjikan, dan sulit masuk dapur rekaman misalnya, padahal produser mungkin bukan tidak tertarik pada kemampuan anda, hanya tidak tahu saja kemampuan anda.
4.      Tidak ada rutinitas dalam belajar
5.      Tidak memulai dengan hal-hal yang mudah terlebih dahulu
Belajar langsung dengan hal yang sulit, misalnya mencari chord dan bagian solo interlude sebuah lagu yang notabene adalah hal paling sulit dan menjadi bagian inti dari suatu lagu.
6.      Tidak bisa atau lemah dalam kemampuan bahasa
Terutama bahasa inggris, memang bahasa itali juga dipakai pada banyak istilah yang berkaitan dengan bidang musik, tapi bahasa inggris lebih banyak, bahkan anda perlu belajar bahasa jawa misalnya untuk memahami dan menguasai gamelan jawa, hal ini memang merepotkan karena kita harus belajar bahasa, ini termasuk persoalan yang serius, karena belum semua istilah musik bisa diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia yang kita cintai ini, memang kita ga perlu jadi ahli bahasa untuk menjadi musisi, tapi kita perlu belajar sedikit saja.


è Lingkungan Eksternal :
1.      Lingkungan
Misalnya, orang tua melarang, membuat pekak telinga tetangga sebelah, hal ini sebenarnya bisa dijembatani dengan menyetel volume musik anda sedang saja, ga perlu terlalu keras, keras dan tidaknya suara kan dari teknologi juga, boleh aja sesekali, tapi kalau berkali-kali, wah ya ini yang bikin suasana panas, he he he. Bahkan dengan mendengar pelan, penuh perhatian akan membuat pemahaman anda lebih baik, meski nanti juga bisa dikerasin kalo sudah paham.
2.      Harga alat-alat musik masih mahal
Ini adalah kendala eksternal terbesar, perlu pembahasan panjang tentang hal ini, tapi salah satunya karena industri kecil dalam negeri yang bergerak dalam pembuatan alat-alat musik kalah bersaing dengan industri besar dari luar negeri.
3.      Mahalnya faktor pendukung pembelajaran
Seperti langka dan mahalnya buku-buku musik baik tradisional seperti gamelan, atau modern
4.      Faktor-faktor lainnya
Seperti susahnya merekam dan memasarkan produksi musik dalam negeri yang sudah kita ketahui bersama. Belum lagi masalah bajak-membajak, contek-menyontek, lemahnya hukum hak cipta dsb. Saya ga akan membahas panjang hal ini, karena bisa menimbulkan perang dunia, he he he, memang agak ironis, tapi itulah kenyataan yang terjadi dengan penyalahgunaan teknologi
5.      Banyak musisi yang malas menuliskan dan mempublikasikan karya-karya mereka
Bahkan ada yang merahasiakan ilmunya sampai mati, sehingga orang lain tidak bisa berguru kepada mereka, ya ini memang hak masing-masing, kalo saya, sepanjang bisa bermanfaat, kita bagi saja ilmu kita, sedikit banyak bisa berkontribusi bagi kehidupan akan terasa indah. Ada lagi musisi yang mau berkontribusi tapi gaptek dalam teknologi IT(blogging misalnya) atau ngetik karya mereka di komputer.
6.      Hal-hal lain.
Hanya itu pendapat saya, pembaca mungkin berpendapat lain, silakan saja, ga setuju pun ga masalah, karena ini hanya opini seorang manusia yang rentan kesalahan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar